Desa Sukadami Jadi Sorotan Nasional dalam Upaya Eliminasi TBC 2030 dengan Dukungan Penuh Pejabat Pusat dan Daerah

BEKASI, 14 Juli 2025 – Desa Sukadami di Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, telah ditetapkan sebagai model nasional dalam upaya eliminasi Tuberkulosis (TBC). Penunjukan ini menyusul kunjungan kerja Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Ph.D, yang mengapresiasi inovasi serta komitmen kuat desa tersebut dalam menekan angka TBC menuju target eliminasi pada tahun 2030.
Dalam kunjungan penting ini, Wamenkes Dante tidak sendiri. Turut hadir mendampingi dari Kementerian Kesehatan antara lain Sesdirjen Penanggulangan Penyakit, Sesdirjen Kesehatan Primer dan Komunitas, Direktur Penyakit Menular, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, serta Tenaga Ahli Menkes Bid. Transformasi RS Vertikal dan Tenaga Ahli Menkes Bid. ILP dan Promkes.
Dari kementerian dan lembaga lain, tampak hadir Wakil Menteri PPPA, Veronica Tan, Sahli Menteri Bid. Pembangunan Berkelanjutan dari Kemenko PMK, Dr. Budiono Subambang, ST, MPM, dan Direktur Pengembangan Sosial Budaya dari Kemendes, Drs. Andrey Ikhsan Lubis, M.Si. Perwakilan dari Kantor Komunikasi Kepresidenan juga hadir, yaitu Deputi Bid. Materi Komunikasi dan Informasi, Isra Ramli.
Pemerintah Daerah Jawa Barat juga menunjukkan dukungan penuh dengan kehadiran Wakil Gubernur Jawa Barat, H. Erwan Setiawan, SE, serta jajaran pemerintah daerah Kabupaten Bekasi seperti Wakil Bupati Kab. Bekasi, dr. Asep Surya Atmaja, Kadinkes Kab. Bekasi, dr. H. Alamsyah, M.Kes, Camat Cikarang Selatan Kab. Bekasi, H. Muhammad Said, SE, MSi, Kepala Desa Sukadami, H.M. Kunang, dan Kepala Puskesmas, dr. H.R.M. Adi Pranaya, MARS, MKK.
Dengan lebih dari 56 ribu jiwa penduduk, Desa Sukadami berhasil membangun kesadaran kolektif melalui berbagai program inovatif, menjadikannya contoh nyata keberhasilan penanggulangan TBC berbasis komunitas. Keberhasilan ini tidak lepas dari serangkaian inisiatif strategis seperti Program 'Masker TB' yang mencakup penggunaan masker, edukasi, dan rujukan, serta pembentukan Komunitas Peduli TBC dan koordinasi lintas sektor yang erat. Desa ini juga memiliki sistem deteksi dini aktif untuk mengidentifikasi kasus baru dan melakukan pelacakan kontak erat pasien, mencegah penularan lebih lanjut.
Wamenkes Dante Saksono Harbuwono secara khusus menyoroti peran kader kesehatan, yang mayoritas perempuan, sebagai ujung tombak dalam mendampingi pasien hingga pengobatan tuntas dan memastikan keluarga pasien mendapatkan Terapi Pencegahan TBC. Beliau juga mengapresiasi keputusan Desa Sukadami untuk mengalokasikan Dana Desa (DD) guna memberikan insentif kepada kader TBC, mencapai Rp1,2 juta per bulan. "Ini bukan hanya urusan kesehatan, tapi juga kepemimpinan dan gotong royong di desa,” ujar Prof. Dante, menekankan pentingnya peran aktif kepala desa.
Isra Ramli menjelaskan bahwa eliminasi TBC adalah bagian integral dari strategi besar Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kelompok miskin. Program ini sejalan dengan inisiatif lain seperti Program Sekolah Rakyat yang diluncurkan di Bekasi pada hari yang sama.
Meskipun demikian, tantangan di lapangan masih besar, mulai dari stigma hingga penolakan warga saat kader melakukan pemeriksaan. Prof. Dante optimis kader desa, dengan pendekatan manusiawi dan berbasis budaya lokal, mampu mengatasi hambatan tersebut. Veronica Tan juga menekankan pentingnya pelibatan perempuan dan anak, karena mayoritas pelaku lapangan adalah perempuan dan mereka adalah penentu keberhasilan pembangunan sosial.
Indonesia saat ini menempati peringkat kedua dunia dalam jumlah kasus TBC, setelah India. Namun, pemerintah optimistis dapat mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030, atau bahkan lebih cepat. "Kita optimis. Tahun 2030 TBC harus sudah tidak ada lagi di Indonesia. Kalau bisa lebih cepat, lebih baik. Semua kementerian bergerak bersama,” tegas Isra Ramli. Keberhasilan Desa Sukadami menjadi bukti nyata bahwa dengan kolaborasi lintas sektor, inovasi komunitas, dan kepemimpinan yang kuat, target ini dapat tercapai.



Komentar baru terbit setelah disetujui Admin